Sering sekali kita mendengar diluar sana orang bilang ''Cinta itu butuh Pengorbanan" trus "Kalau sayang harus mau berkorban" atau "Jangan bilang kalau sayang sama seseorang kalau tidak mau berkorban" dan masih banyak lagi ungkapan ungkapan sejenis.
Bagiku pengorbanan adalah dimana aku menomor dua atau tiga kan kepentingan pribadiku, ambisiku, impianku demi orang-orang yang kucintai.
Aku tidak menyesali jalan yang aku pilih, menikah dengan seorang lelaki dengan segala keterbatasannya dan tidak memiliki pekerjaan tetap, alhasil selama umur pernikahan akulah yang memiliki andil besar dalam menafkahi keluarga.
Pernah aku merelakan uang hasil jerih payahku untuk modal usaha, akan tetapi usaha itu alih alih bisa membantu perekonomian keluarga tapi malah gulung tikar dalam waktu gak sampai 2 tahun, aku sedih sekali rasanya jerih payahku sia2, walaupun suamiku berdalih sepi lah, partner yang tidak bisa diajak kerjasama lah atau fengshui tempat usahanya gak bagus lah, tapi tidak sekalipun dia menyalahkan dirinya sendiri dan introspeksi kenapa usaha yang dirintis dari nol itu bisa ambruk dan merugi serta menyisakan hutang yang harus aku tanggung, aku menanggung hutang-hutang dari sisa usaha tersebut, berpuluh puluh juta jumlahnya yang aku bayar dengan cara mencicil, pinjam kepada kepada perusahaan tempatku bekerja, dan aku tidak tahu kapan hutang itu akan lunas, saat aku menulis inipun aku masih mempunyai hutang sekitar 50 jt an lagi, tentunya ini bukan dari gaya hidupku sebagai istri yang bermewah mewah menghabiskan uang, tapi hutang- hutang yang terbentuk dari minusnya hasil usaha dan kekurangan kebutuhan kebutuhan rumah tangga kami yang tidak tertutupi dengan gajiku.
Meskipun gajiku tergolong besar tapi alangkah mirisnya jika setiap bulan gajiku selalu kurang untuk menutupi kebutuhan rumah tangga kami, mulai dari cicilan kendaraan, gaji pembantu, cicilan kartu kredit, belanja dapur dan biaya 3 anak usia sekolah dll, praktis tidak sampai minggu kedua aku harus pontang panting mencari solusi dari mana bisa mendapatkan uang tambahan atau pinjaman untuk menutupi kebutuhan sampai akhir bulan, setiap aku minta solusi atau bantuan dari suamiku dia cuma kasi ide ya pinjem teman2 ku donk, atau ya sabar ya saya masih berusaha, arggghhh aku kadang kesal sekali, enak benar jadi laki laki fikirku, aku terkadang ingin berteriak dan menangis, ya Allah mengapa engkau berikan ujian ini kepadaku, sungguh berat menjalani kehidupan ini, harus jadi tulang punggung keluarga dan harus menjadi istri serta menjadi ibu dari 3 orang putra dalam waktu bersamaan dan apa daya saat ini akupun hamil kembali anak ke 4, dan rasanya beban ini terasa sangat berat.
Malam-malam sepi aku sering menangis, aku tidak pernah bercerita pada siapapun, kalaupun aku mendesak suamiku untuk mencari pekerjaan dia selalu berdalih usia yang tidak lagi muda siapa yang bisa memperkerjakan pria dgn umur 45 tahun ditambah ijazah cuma SMA, saat ini dia selalu bermimpi bisa mendapatkan uang banyak dan bisa membantu aku meringankan beban aku, membayar hutang-hutang kami, tapi sampai kapan mimpi itu bisa jadi kenyataan? entahlah aku tidak terlalu percaya dan mau berharap karena aku takut kecewa.
Selain kebutuhan Rumah tangga akupun harus memikirkan kebutuhan suamiku seperti pulsa, rokok dll, aku kadang gak habis fikir dimana hati nuraninya sebagai laki laki, melihat istri tiap hari pontang panting kerja tapi sementara dia tidak berusaha melakukan apa-apa, ya kadang dia ada pergi bertemu dengan orang orang untuk urusan penjualan tanah tapi waktunya justru lebih banyak disalurkan dirumah, main internet tidur atau nonton tv atau bermain dengan anak kami.
Belum lagi aku harus membantu orang tuaku yang sudah tidak bekerja, praktis kiriman dari ku tiap bulan sangat diharapkan olehnya.
Aku kadang sedih sebagai wanita aku ingin bersolek, kesalon, beli barang2 yang aku inginkan bahkan dengan gajiku yang lumayan besar aku bisa membeli apapun yang aku suka tiap bulan seandainya suamiku bertanggung jawab menafkahi kami, tapi apa daya, aku harus menahan keinginan itu demi mencukupi kebutuhan kami, biaya makan, pendidikan dan cicilan2 itu lebih penting fikirku, kadang aku berfikir untuk aku bisa memanjakan diri dan bersenang2 dengan hasil jerih payahku itu hanya mimpi...
Ya Allah, bukannya saya mengeluh bukannya saya tidak bersyukur atas NikmatMu tapi apakah saya salah kalau saya mempertanyakan apa hikmah dari semua ini ya Allah, apakah dosa dosa saya begitu besar sehingga engkau memberikan ujian sedemikian berat padaku,,entahlah, saat ini aku hanya mencoba ikhlas, setiap rasa sakit dan sedih muncul aku berusaha untuk istighfar,,biar lah waktu yang membuktikan akan sampai kapan ini berakhir, Allah tahu aku kuat, Aku cuma berharap pahala buatku apabila aku ikhlas, karena anak-anak itu bukan kewajibanku tapi kenyataannya mereka besar dan tumbuh dan bisa bersekolah atas jerih payahku, itulah tabungan dan aset terbesarku, aku kuat karena mereka, aku tidak mau hancur dan ambruk karena ada 3 orang malaikat kecil yang sangat membutuhkan aku bahkan akan menjadi 4 dengan yang saat ini dirahimku, well akupun harus berjuang keras untuk menanggung biaya kelahirannya kelak yang harus di caesar.
Ya Allah, kuatkan aku memaknai pengrobanan ini sebagai jalan menuju Syurgamu......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar